Sunday, August 12, 2012

Hemat air dan listrik

Sejak dahulu orang tua saya menyukai tanaman dan ibu saya mengisi waktu senggangnya dengan usaha jual beli tanaman hias. Tanaman-tanaman yang dipelihara orang tua saya tidaklah sedikit dan tentu saja membutuhkan air yang cukup banyak untuk menyiramnya pagi dan sore.

Disaat musim penghujan tentu air bukan menjadi masalah. Lain halnya bila musim kemarau tiba. Untung saja sumur di rumah kami tidak pernah kering walau di musim kemarau debit air mengalami penurunan. Tetapi meski bukan musim kemarau, orang tua saya selalu mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam penggunaan air bukan karena alasan persediaan air saja tetapi juga untuk menghemat listrik. Kenapa dikatakan menghemat listrik? karena untuk menaikkan air dari dalam sumur tentu saja harus menghidupkan pompa air listrik.

Orang tua saya mengajarkan untuk menampung air pada saat berwudhu dan mencuci muka. Jadi bila kami berwudhu dan mencuci muka, dibawahnya sudah tersedia ember untuk menadah sisa-sisa air yang jatuh. Dalam sehari sisa-sisa air itu bila dikumpulkan bisa mencapai 6 hingga 7 ember. Air tampungan itu dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau untuk menyiram toilet saat buang air besar.

Orang lain yang berkecukupan mungkin berpikir "aah.. ngenes amat ngumpulin air sampai segitunya." Tetapi pada saat itu keluarga kami hanyalah keluarga sederhana. Ayah hanyalah pegawai biasa yang harus menyekolahkan kelima anaknya. Tentu berhemat adalah salah satu cara untuk mengatur keuangan.

Pada saat itu orang tua saya tidak kenal dengan istilah Go Green yang sekarang begitu populer didengung-dengungkan. Orang tua saya selalu mematikan lampu dapur, ruang makan dan ruang tamu saat malam telah larut, mengomel bila kami lupa mematikan lampu kamar mandi setelah selesai digunakan atau meninggalkan televisi hidup begitu saja tanpa ditonton. Dan kami anak-anaknya pada saat itu hanyalah anak kecil yang menjalankan bukan karena sepenuhnya mengerti tetapi karena takut diomeli. Tetapi seiring bertambahnya usia kami pun menjalankan karena sudah memahami alasannya. Dan saya bersyukur dibesarkan dengan cara seperti itu.

Jadi bila pembaca mengalami kesulitan air pada saat kemarau, menampung air sisa berwudhu atau mencuci muka patut dicoba. Tanaman anda tidak layu dan untuk menyiram toilet pada saat buang air tidak perlu mengurangi jatah air bersih anda bukan..?


Tuesday, May 29, 2012

20 Bad Habits

Copy from my friend's notes :)

Here are twenty bad habits many of us repeatedly struggle with:
  1. Expecting life to be easy. – Nothing starts easy; everything begins at some level of difficulty.  Even waking up in the morning sometimes requires notable effort.  But one beautiful thing about life is the fact that the most difficult challenges are often the most rewarding and satisfying.
  2. Overlooking your true path and purpose. – What really matters in life is not what we buy, but what we build; not what we have, but what we share with the world; not our capability but our character; and not our success but our true significance.  Live a life that makes you proud – one that matters and makes a difference.  Live a life filled with passion and love. 
  3. Chasing after those who don’t want to be caught. – Do not chase people.  Be you, do your own thing and work hard on your passions.  The right people who belong in your life will eventually come to you, and stay.
  4. Not asking for help when you know you need it. – No matter how far you’ve gone down the wrong road, you can always turn back.  Be STRONG enough to stand alone, SMART enough to know when you need help, and BRAVE enough to ask for it.
  5. Letting one dark cloud cover the entire sky. – Take a deep breath.  It’s just a bad moment, or a bad day, not a bad life.  Everyone has troubles.  Everyone makes mistakes.  The secret of happiness is to count your blessings while others are adding up their troubles.
  6. Holding on to things you need to let go of. – Letting go doesn’t mean giving up, but rather accepting that there are things in life that should not be.  Sometimes letting go is what makes us stronger, happier and more successful in the long run.
  7. Spending time with people who make you unhappy. – People can be cruel, and sometimes they will be.  People can hurt you and break your heart, and sometimes they will.  But only YOU can allow them to continuously hurt you.  Value yourself enough to choose to spend time with people who treat you the way you treat them.  Know your worth.  Know when you have had enough.  And move on from the people who keep chipping away at your happiness.
  8. Not making time for those who matter most. – When we take things for granted, these things eventually get taken away.  Too often we don’t realize what we have until it’s gone.  Too often we are too stubborn to say, “I’m sorry, I was wrong.”  Too often it seems we hurt the ones closest to us by letting insignificant issues tear us apart.  Appreciate what you have, who loves you and who cares for you.  You’ll never know how much they mean to you until the day they are no longer beside you.
  9. Denying personal responsibility. – You’re getting almost everything you’re getting right now based on the decisions you have made; and you will continue to receive the same things until you choose differently.  You always have some element of control.  There are always other options.  The choices might not be easy, but they are available.  You will not get a different result until you exercise a choice that forces you to grow by habit, by action, and by change.
  10. Letting everyone else make decisions for you. – Never allow someone or something that adds very little to your life, control so much of it.  You’ve got to stop caring about what everyone else wants for you, and start actually living for yourself.  Let go of the people and things that continuously hold you back and no longer serve you, because you only get one shot at life.
  11. Giving up who YOU are. – Remove yourself from any situation that requires you to give up any one of these three things:  1) Who you are.  2)  What you stand for.  3)  The goals you aspire to achieve. 
  12. Quitting as soon as things get slightly difficult. – An arrow can only be shot by pulling it backward; and such is life.  When life is pulling you back with difficulties, it means it’s going to eventually launch you forward in a positive direction.  So keep focusing, and keep aiming!
  13. Doing too much and pushing too hard, without pausing. – Plenty of people miss their share of happiness, not because they never find it, but because they never stop long enough to enjoy it.  Sometimes we are so focused on what we want that we miss the things we need most.
  14. Discrediting yourself for everything you aren’t. – STOP discrediting yourself for everything you aren’t.  START giving yourself credit for everything that you are.
  15. Running from current problems and fears. – Trust me, if everyone threw their problems in a pile for you to see, you would grab yours back.  Tackle your problems and fears swiftly, don’t run away from them.  The best solution is to face them head on no matter how powerful they may seem.  Either you own your problems and fears, or they will ultimately own you.
  16. Constantly mulling over past hardships. – You’ll never see the great things ahead of you if you keep looking at the bad things behind you.  To reach up for the new, you must let go of the old.  You are exactly where you need to be to reach your goals.  Everything you’ve been through was preparation for where you are right now and where you can be tomorrow.
  17. Denying your mistakes. – Remember that most honorable people of all are not those who never make mistakes, but those who admit to them when they do.  And then go on to do their best to make the wrong things right.
  18. Expecting your significant other to be perfect. – Remember that you will never find a PERFECT partner to love you in the exact way you had envisioned, only a person who is willing to love you with all that they are.  Someone who will accept you for who you can and cannot be.  And although they will never be PERFECT, finding a partner like this is even BETTER.
  19. Focusing on the negative. – Positive thinking isn’t about expecting the best thing to happen every time, it’s about accepting that whatever happens is good for this moment, and then making the best of it.  So stay positive, and hold on to what’s truly important.  Let your worries go.  No matter how you look at it, some outcomes just don’t make sense right away.  Choosing to carry on with your goals through this uncertainty is what matters.
  20. Never allowing things to be good enough. – We are human.  We are not perfect.  We are alive.  We try things.  We make mistakes.  We stumble.  We fall.  We get hurt.  We rise again.  We try again.  We keep learning.  We keep growing.  And we are thankful for this priceless opportunity called life.

Monday, January 30, 2012

Antara Hemat dan Pelit

Dalam berbagai situasi keuangan, acapkali kita mendengar ucapan “ah, dia mah orangnya pelit, ngeluarin uang susah bener”. Bisa jadi orang yang bersangkutan itu memang pelit atau hanya hemat atau memang tidak punya uang.

Kita harus bisa membedakan antara hemat dan pelit. Hemat berarti berhati-hati dalam pengeluaran uang yang tidak perlu. Suatu kondisi di antara sifat pelit dan boros. Sedangkan pelit hanya ingin menyimpan dan mengeluarkan untuk kepentingan diri sendiri sehingga untuk hal yang berkaitan dengan orang lain dia akan menghindarinya atau berusaha untuk memberikan sesedikit mungkin.

Berkaitan dengan hemat dan pelit, saya pernah mengalami beberapa kejadian. Misal di saat saya sedang menempuh pendidikan di universitas yang biayanya saya bertekad untuk menanggung sendiri dengan bekerja di suatu perusahaan. Saya mengambil kuliah malam hari karena pagi hingga sore saya harus bekerja. Pada saat itu saya harus memutar otak bagaimana dengan penghasilan yang pas-pasan saya harus membiayai kuliah tanpa membebani orang tua dan keluarga saya. Mulai dari tiap hari membawa bekal makan siang, tidak pernah jajan dan tidak pernah membeli sesuatu yang tidak perlu.

Pada saat itu saya bener-bener harus berhemat karena bila tidak maka saya tidak akan bisa menabung untuk membayar kuliah di awal semester berikutnya.  Dan Alhamdulillah dengan berhemat saya bisa menyelesaikan pendidikan saya tanpa perlu memberatkan orang tua dan keluarga dan akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak.

Adalagi kejadian baru-baru ini dimana saya diserang dalam akun twitter milik seorang istri rekan kerja. Dalam akunnya tersebut dia menuduh bahwa saya dengan seenaknya menentukan besaran sumbangan di divisi kami untuk beberapa event. Memang pada saat itu di waktu yang hampir bersamaan, ada dua istri rekan yang baru melahirkan, ada seorang rekan yang menikah, dan seorang rekan jatuh sakit.

Tentu saja sebagai bentuk perhatian, kami sepakat untuk memberikan bingkisan/kado dan sumbangan bukan secara perorangan melainkan atas nama 1 divisi. Tujuannya tak lain adalah untuk menghemat pengeluaran yang lebih besar bila dilakukan atas nama perorangan. Untuk itu kami pun mengumpulkan sumbangan yang besarnya berdasarkan kesepakatan dari rekan-rekan yang dituakan dengan mempertimbangkan sisi kepantasan dan perkiraan nominal barang. Dan saya yang ditugaskan untuk mengumpulkannya.

Namun yang terjadi salah seorang istri dari rekan kerja menuduh dan mengeluh besaran sumbangan tersebut. Dia menuduh hal tesebut tidak mempertimbangkan kebutuhan yang lain seperti kebutuhan anak, keluarga, hutang bank dan lain-lain. Selain kata-kata yang kurang pantas dia mengatakan yang intinya bahwa hal-hal tersebut tidaklah perlu.

Tindakan yang dilakukan istri rekan tersebut tanpa dia sadari mempermalukan suaminya sendiri.  Karena tindakannya tanpa bisa dicegah tersebar dan menjadi perbincangan. Dan semua rekan yang mengetahui hal tersebut menyesalkan tindakan yang dinilai pengecut dan berlebihan. Selain kami tahu besar penghasilan suaminya, bila menggunakan alasan kebutuhan anak, banyak dari rekan-rekan yang memiliki anak lebih banyak dan hampir  seluruh dari kami sama-sama masih memiliki kewajiban terhadap bank atas cicilan rumah maupun kendaraan yang rata-rata memangkas setengah hingga tigaperempat dari penghasilan.  Selain itu besarnya sumbangan yang ditetapkan untuk 5 orang masih terbilang lebih ringan bila dibandingkan memberi bingkisan atau sumbangan atas nama pribadi bila dilihat dari sisi kepantasan nominal rupiah.

Hemat memang perlu, tapi kita harus tetap menyisihkan untuk pos biaya sosial. Hal tersebut tidak bisa kita kesampingkan karena tidak menutup kemungkinan kita pernah atau akan mengalami peristiwa duka cita seperti sakit atau kematian anggota keluarga ataupun suka cita seperti  menikah, khitanan ataupun kelahiran. Selain itu ada pula kewajiban kita menyisihkan juga untuk yang berhak.

Atas kejadian tersebut akhirnya di kantor pun banyak dari rekan kerja kami berseloroh “Memang, antara hemat dan pelit itu beda tipis.” Walau sebenarnya menurut saya perbedaannya cukuplah besar.