Monday, January 30, 2012

Antara Hemat dan Pelit

Dalam berbagai situasi keuangan, acapkali kita mendengar ucapan “ah, dia mah orangnya pelit, ngeluarin uang susah bener”. Bisa jadi orang yang bersangkutan itu memang pelit atau hanya hemat atau memang tidak punya uang.

Kita harus bisa membedakan antara hemat dan pelit. Hemat berarti berhati-hati dalam pengeluaran uang yang tidak perlu. Suatu kondisi di antara sifat pelit dan boros. Sedangkan pelit hanya ingin menyimpan dan mengeluarkan untuk kepentingan diri sendiri sehingga untuk hal yang berkaitan dengan orang lain dia akan menghindarinya atau berusaha untuk memberikan sesedikit mungkin.

Berkaitan dengan hemat dan pelit, saya pernah mengalami beberapa kejadian. Misal di saat saya sedang menempuh pendidikan di universitas yang biayanya saya bertekad untuk menanggung sendiri dengan bekerja di suatu perusahaan. Saya mengambil kuliah malam hari karena pagi hingga sore saya harus bekerja. Pada saat itu saya harus memutar otak bagaimana dengan penghasilan yang pas-pasan saya harus membiayai kuliah tanpa membebani orang tua dan keluarga saya. Mulai dari tiap hari membawa bekal makan siang, tidak pernah jajan dan tidak pernah membeli sesuatu yang tidak perlu.

Pada saat itu saya bener-bener harus berhemat karena bila tidak maka saya tidak akan bisa menabung untuk membayar kuliah di awal semester berikutnya.  Dan Alhamdulillah dengan berhemat saya bisa menyelesaikan pendidikan saya tanpa perlu memberatkan orang tua dan keluarga dan akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak.

Adalagi kejadian baru-baru ini dimana saya diserang dalam akun twitter milik seorang istri rekan kerja. Dalam akunnya tersebut dia menuduh bahwa saya dengan seenaknya menentukan besaran sumbangan di divisi kami untuk beberapa event. Memang pada saat itu di waktu yang hampir bersamaan, ada dua istri rekan yang baru melahirkan, ada seorang rekan yang menikah, dan seorang rekan jatuh sakit.

Tentu saja sebagai bentuk perhatian, kami sepakat untuk memberikan bingkisan/kado dan sumbangan bukan secara perorangan melainkan atas nama 1 divisi. Tujuannya tak lain adalah untuk menghemat pengeluaran yang lebih besar bila dilakukan atas nama perorangan. Untuk itu kami pun mengumpulkan sumbangan yang besarnya berdasarkan kesepakatan dari rekan-rekan yang dituakan dengan mempertimbangkan sisi kepantasan dan perkiraan nominal barang. Dan saya yang ditugaskan untuk mengumpulkannya.

Namun yang terjadi salah seorang istri dari rekan kerja menuduh dan mengeluh besaran sumbangan tersebut. Dia menuduh hal tesebut tidak mempertimbangkan kebutuhan yang lain seperti kebutuhan anak, keluarga, hutang bank dan lain-lain. Selain kata-kata yang kurang pantas dia mengatakan yang intinya bahwa hal-hal tersebut tidaklah perlu.

Tindakan yang dilakukan istri rekan tersebut tanpa dia sadari mempermalukan suaminya sendiri.  Karena tindakannya tanpa bisa dicegah tersebar dan menjadi perbincangan. Dan semua rekan yang mengetahui hal tersebut menyesalkan tindakan yang dinilai pengecut dan berlebihan. Selain kami tahu besar penghasilan suaminya, bila menggunakan alasan kebutuhan anak, banyak dari rekan-rekan yang memiliki anak lebih banyak dan hampir  seluruh dari kami sama-sama masih memiliki kewajiban terhadap bank atas cicilan rumah maupun kendaraan yang rata-rata memangkas setengah hingga tigaperempat dari penghasilan.  Selain itu besarnya sumbangan yang ditetapkan untuk 5 orang masih terbilang lebih ringan bila dibandingkan memberi bingkisan atau sumbangan atas nama pribadi bila dilihat dari sisi kepantasan nominal rupiah.

Hemat memang perlu, tapi kita harus tetap menyisihkan untuk pos biaya sosial. Hal tersebut tidak bisa kita kesampingkan karena tidak menutup kemungkinan kita pernah atau akan mengalami peristiwa duka cita seperti sakit atau kematian anggota keluarga ataupun suka cita seperti  menikah, khitanan ataupun kelahiran. Selain itu ada pula kewajiban kita menyisihkan juga untuk yang berhak.

Atas kejadian tersebut akhirnya di kantor pun banyak dari rekan kerja kami berseloroh “Memang, antara hemat dan pelit itu beda tipis.” Walau sebenarnya menurut saya perbedaannya cukuplah besar.