Pada suatu kesempatan makan siang disela-sela workshop fotografi di salah satu hotel di Bandar Lampung, saya berkenalan dengan dua orang sesama penyuka fotografi. Kami bertiga duduk dan makan bersama dalam satu meja. Saya melihat piring mereka berdua terisi penuh dan memaklumi bahwa kebanyakan porsi makan laki-laki memang lebih banyak dibandingkan perempuan.
Saya lebih dulu selesai dan terus mengobrol sambil menunggu mereka menyelesaikan makan siangnya. Tidak berapa lama mereka pun menyudahi makannya. Tetapi saya sedikit berkerenyit ketika melihat piring salah satu dari mereka masih berisi separuh makanan.
Saya pun tergelitik bertanya "lho..mas, kok gak dihabiskan?".
dan dia pun menjawab singkat, "sudah kenyang, saya memang makannya sedikit."
Lalu teman yang satu lagi berujar, "kalau makannya sedikit kenapa ambil banyak?."
dan dengan santainya dia menjawab, "gak enak kalau liat isi piringnya sepi."
Astaga..Jadi dia mengambil banyak makanan bukan karena ingin, tetapi agar penampakan isi piringnya terlihat bagus di mata dia.
Saya jadi merutuk dalam hati karena menurut saya menghabiskan makanan yang kita ambil sendiri merupakan salah satu contoh kecil tanggungjawab. Kita tahu porsi, keinginan dan kebutuhan kita terhadap makanan yang kita ambil. Seberapa banyak makanan yang diambil merupakan keputusan kita. Dan saya berpendapat keputusan berupa apapun harus dipertanggungjawabkan. Dalam hal makanan berarti kita harus menghabiskannya. Dimaklumi apabila makanan itu bukan kita yang menentukan isi dan porsinya. Tetapi sebisa mungkin bila kita membeli di warung makan tidak salah bila kita berpesan kepada pelayannya "mbak/mas, nasinya sedikit saja" atau mungkin yang lain bila memang satu porsi di warung tersebut di luar porsi makan kita.
Silakan bila dinilai berlebihan, tetapi terkadang saya menilai orang itu bertanggungjawab atau tidak, respek dan empati terhadap orang lain atau tidak adalah dengan melihat cara dia memperlakukan makanan. Karena perjalanan sesuatu itu menjadi makanan begitu panjang dan melalui proses yang tidak mudah. Begitu banyak orang-orang yang berperan dari awal hingga akhir sehingga makanan bisa terhidang di hadapan kita. Dimana semuanya itu dilalui dengan keringat dan mungkin airmata.
Selain itu diluar sana begitu banyak orang yang kurang beruntung dan bekerja membanting tulang hanya untuk bertahan hidup. Berjuang untuk memenuhi suplai penunjang hidup yang paling dasar, makanan dan air. Tentu saja oksigen tidak saya bahas disini karena tersedia gratis selama kita hidup dan menginjak bumi.
Mungkin sebagian orang akan berkata "ahh.. saya yang bayar ini, terserah dong mau saya habiskan atau tidak". Maka orang itu lupa bahwa dengan begitu dia termasuk dalam orang-orang yang turut serta dalam menyia-nyiakan hasil sumber daya alam (resources) dan mengambil hak suplai makanan untuk orang lain. Suplai makanan yang tersia-siakan. Negara kita saja beras masih impor. Jadi ingat dengan salah satu quote tetapi saya lupa pernah membacanya dimana yang berbunyi "Money is yours, but resources belong to the society."
Tentu saja tidak ada yang dapat saya lakukan selain menghela nafas dan menuliskan pikiran saya disini. Harapan saya yang membaca tulisan ini tergelitik dan dapat memperlakukan makanan dengan baik. Bersyukurlah bahwa kita masih bisa makan dengan nikmat. Tidur dengan nyenyak. Janganlah lupa bahwa di luar sana tidak semua seberuntung kita. Makanlah dengan bijak.
Ditulis pertama kali pada tanggal 29 November 2012,
diedit kembali pada 20 Oktober 2014.
Saya lebih dulu selesai dan terus mengobrol sambil menunggu mereka menyelesaikan makan siangnya. Tidak berapa lama mereka pun menyudahi makannya. Tetapi saya sedikit berkerenyit ketika melihat piring salah satu dari mereka masih berisi separuh makanan.
Saya pun tergelitik bertanya "lho..mas, kok gak dihabiskan?".
dan dia pun menjawab singkat, "sudah kenyang, saya memang makannya sedikit."
Lalu teman yang satu lagi berujar, "kalau makannya sedikit kenapa ambil banyak?."
dan dengan santainya dia menjawab, "gak enak kalau liat isi piringnya sepi."
Astaga..Jadi dia mengambil banyak makanan bukan karena ingin, tetapi agar penampakan isi piringnya terlihat bagus di mata dia.
Saya jadi merutuk dalam hati karena menurut saya menghabiskan makanan yang kita ambil sendiri merupakan salah satu contoh kecil tanggungjawab. Kita tahu porsi, keinginan dan kebutuhan kita terhadap makanan yang kita ambil. Seberapa banyak makanan yang diambil merupakan keputusan kita. Dan saya berpendapat keputusan berupa apapun harus dipertanggungjawabkan. Dalam hal makanan berarti kita harus menghabiskannya. Dimaklumi apabila makanan itu bukan kita yang menentukan isi dan porsinya. Tetapi sebisa mungkin bila kita membeli di warung makan tidak salah bila kita berpesan kepada pelayannya "mbak/mas, nasinya sedikit saja" atau mungkin yang lain bila memang satu porsi di warung tersebut di luar porsi makan kita.
Silakan bila dinilai berlebihan, tetapi terkadang saya menilai orang itu bertanggungjawab atau tidak, respek dan empati terhadap orang lain atau tidak adalah dengan melihat cara dia memperlakukan makanan. Karena perjalanan sesuatu itu menjadi makanan begitu panjang dan melalui proses yang tidak mudah. Begitu banyak orang-orang yang berperan dari awal hingga akhir sehingga makanan bisa terhidang di hadapan kita. Dimana semuanya itu dilalui dengan keringat dan mungkin airmata.
Selain itu diluar sana begitu banyak orang yang kurang beruntung dan bekerja membanting tulang hanya untuk bertahan hidup. Berjuang untuk memenuhi suplai penunjang hidup yang paling dasar, makanan dan air. Tentu saja oksigen tidak saya bahas disini karena tersedia gratis selama kita hidup dan menginjak bumi.
Mungkin sebagian orang akan berkata "ahh.. saya yang bayar ini, terserah dong mau saya habiskan atau tidak". Maka orang itu lupa bahwa dengan begitu dia termasuk dalam orang-orang yang turut serta dalam menyia-nyiakan hasil sumber daya alam (resources) dan mengambil hak suplai makanan untuk orang lain. Suplai makanan yang tersia-siakan. Negara kita saja beras masih impor. Jadi ingat dengan salah satu quote tetapi saya lupa pernah membacanya dimana yang berbunyi "Money is yours, but resources belong to the society."
Tentu saja tidak ada yang dapat saya lakukan selain menghela nafas dan menuliskan pikiran saya disini. Harapan saya yang membaca tulisan ini tergelitik dan dapat memperlakukan makanan dengan baik. Bersyukurlah bahwa kita masih bisa makan dengan nikmat. Tidur dengan nyenyak. Janganlah lupa bahwa di luar sana tidak semua seberuntung kita. Makanlah dengan bijak.
Ditulis pertama kali pada tanggal 29 November 2012,
diedit kembali pada 20 Oktober 2014.